KOES PLUS memulai kisah perjalanannya yang panjang di dunia musik dengan band Teen Ager’s Voice yang dibentuk Tonny Koeswoyo sekitar tahun 1952.Setelah bertukar nama menjadi Irama Remaja dengan anggotanya Sophan Sophian ,band ini terpaksa dikubur untuk kemudian Koes & Bros. Dalam grup terbaru anak2 pak Koeswoyo itu terselip pula nama Jan Mintaraga yang sekarang dikenal sebagai pelukis komik.
Pada tahun 1960 nama Koes & Bros dirubah menjadi Koes Bersaudara dengan formasi Koestono Koeswoyo (melodi),Koesnomo Koeswoyo ( drum),Koesjono Koeswoyo (rhytem,vocal),Koesroyo Koeswoyo ( bass,vocal). Nama2 ini kemudian dikenal sebagai Tonny,Nomo,Jon dan Jok: yakni 4 dari 9 putra-putri(yang seorang telah meninggal) pak Koeswoyo pensiunan Departemen Dalam Negri.
Dua tahun kemudian Koes Bersaudara mendapat kesempatan merekam lagu2nya diperusahaan piringan hitam Irama milik Mas Yos (El-Shinta) dengan juru rekamnya Freddy Bulek. Tidak kurang dari 20 lagu2 Koes Bersaudara membombardir kehebatan “patah hati”nya Rahmat Kartolo yang waktu itu menguasai pasaran musik Pop Indonesia. Dengan bermodalkan lirik dan melodi yang sederhana,kuat dan komunikatif: anak2 pak koeswoyo itu berhasil menarik perhatian public.Dalam bahasa iklan dapatlah dikatakan perhatian pendengar beralih kepada mereka. Namanya terkatrol naik ketempat teratas lewat lagu2 manis seperti: Dara manisku,Bis Sekolah,Pagi yang Indah,Telaga Sunyi da Kuduslah cintaku. Udara musik Indonesia mulai dihimbau oleh keserasian duet Jon dan Jok yang mengingatkan orang pada penyanyi Everly Brothers. Pengaruh “luar “ itu bukan saja hinggap pada gaya nyanyi mereka tapi juga pada lagunya. Kita lihat misalnya lagu Di pantai Bali yang dijiplak mentah2 dari sebuah lagu Hawaii.
Gaya main yang tenang mengasyikkan dari Koeswoyo Junior kian memanas ketika wabah Beatles merasuki mereka.Tonny,Nomo,Jon dan Jok bergoyang2 diombang-ambingkan lagu Jhon lennnon cs. Tanpa terbendung lagi mereka terbawa arus musik “ kontra revolosioner” hingga masuk dalam kamar 15 penjara Glodok selama 3 bulan dan baru melihat dunia bebas lagi 2 hari menjelang meletusnya Gestapu.
Pengalaman pahit itu merupakan kenangan yang paling berharga dalam perjalanan karirnya di dunia musik: yang disertai juga rasa bangga dihati Koes Bersaudara, karena baru band merekalah yang mendapat kesempatan disebut2 dalam pidato kenegaraan Bung Karno. Dan itu terjadi pada 17 Agustus 1965: “…..Jangan seperti kawan2mu Koes Bersaudara. Masih banyak lagu2 Indonesia, kenapa musti Elvis-Elvisan?.....”
Oleh2 dari bui direkamnya dalam plat ebonite. Keluarlah lagu sendu seperti: Mengapa hari telah gelap,Di dalam Bui,Balada Kamar 15, Jadikanlah aku dombamu, Voorman,Untuk ayah dan Ibu. Dalam periode itu nyata sekali kelebihan mereka. Meski gaya Beatles masih mengganduli Koes Bersaudara tetapi sebagian besar lagu2 yang lahir sesudah lepas dari bui itu terpengaruh oleh bule lain: Bee Gees.
Dalam rangkaian ini pula mereka menelurkan lagu2 berhasa Inggris-nya seperti : Tree little word, The Land of evegreen dan The Old Man.
Tahun2 1968-1969 merupakan saat2 surut bagi Koes Bersaudara. Perbedaan pendapat yang diawali pada 1968 antara Tonny Koeswoyo dan adiknya Nomo kian meruncing. Nomo yang rupanya berjiwa bisnis itu menginginkan agar Koes Bersaudara tidak mengandalkan hiduonya pada musik melulu, harus ada usaha lain. Pendapat ini tidak disetujui, akhirnya di tahun 1969 mereka menempuh jalanya sendiri2. Nomo menjadi pedagang,
Sedangkan Tonny bersama adik2nya yang lain meneruskan karirnya di bidang musik. Lahirlah kemudian nama KOES PLUS dengan Murry ( ex. Band Patas milik Kejaksaan ) sebagai faktor plusnya menggantikan kedudukan Nomo sebagai drumer.
Peralihan arah hidup Nomo kebidang dagang tidak berarti ia melepaskan diri seluruhnya dari musik.Kenangan manis bersama saudara2nya ternyata masih tetap menggayuti hatinya sampai sekarang. Perpaduan antara karir musik dan berbisnis terlaksana juga di th 1974 dalam bentuk yang mencengangkan berbagai pihak. Kenangan masa silam bersama Koes Bersaudara disalurkannya dengan membentuk Grup baru yang diberi nama No Koes dan jiwa bisnisnya tersalurkan dengan kedudukannya sebagai” pengusahan ” rekaman yang kini dikenal dengan nama Yukawi. LP pertama No Koes berjudul Sok Tahu benar2 mengingatkan orang pada Koes Bersaudara pada jaman jayanya dulu. Kerinduan kembalinya Koes Bersaudara masih tetap menjadi cita2 Nomo. Diakhir Juni 1975 yang lalu di Cisarua, hal ini diungkapkan Nomo kembali:” saya yakin pada suatu saat Koes Bersaudar akan kembali dalam bentuk corporation”.
BERTEMU DAN BERPISAH
Penggantian atribut menjadi KOES PLUS membawa Tonny kejenjang yang lebih dewasa. Dibawah naungan nama KOES PLUS itulah beberapa lagunya menjadi populer,antara lain: Kembali ke jakarta dan Derita: dimana Tonny mulai menukarkan gitarnya dengan organ. Album ini disusul dengan album ke 2-nya yang mengorbitkan lagu2 Kisah sedih dihari Minggu, Andaikan kau datang,Hidup yang sepi dan Rahasia hatiku. Sayang album ini dirusak oleh lagu2 semacam pencuri hati,dan jangan selalu marahyang yang lirik dan melodinya berantakan.
Kecenderungan memasukan unsur Jazz dimulai pada album ke2-nya,semakin jelas dialbum berikutnya. Dalam album ke-3 yang judul lagunya banyak menggunakan kata ” hati ” itu kita bisa mendengar lagu2: Selamat berpisah,Isi Hatiku, Hati yang suci dan Kasih yang suci.Di album inilah Murry memperlihatkan kemantapanya menabuh drum.
Dalam jarak yang tidak terlampau jauh keluar lagi Album ke -4 KOES PLUS yang memunculkan lagu2 ciptaan Jon (Jeritan hati, Termenung lesu,Bunga ditepi jalan).Jok (Why do you love me,Jangan sedih dan kembalilah) serta Murry dengan lagu ciptaanya Bertemu dan Berpisah.
Di album ke-6 KOES PLUS melemparkan kepasaran kurang dari 6 lagu bersyair bahasa Inggris, yang kesemuanya tidak memenuhi sasaran, yang perlu dicatat disini mungkin hanya lagu Sonya yang dibuat Jok untuk orang yang paling dekat dihatinya Sonya Tulaar,istrinya.namun lagu ini 3 tahun kemudian 1974 menimbulkan kenangan pahit bagi Jok: sonya tewas akibat kecelakaan mobil.
Pada th 1972 KOES PLUS melakukan sesuatu yang baru dalam musiknya. Eksperimannya dalam menonjolkan beat keroncong dan beat topeng yang disisipkan tetabuhan,cukup menimbulkan rasa girang.Hal itu bisa kita nikmati dari lagu2nya Kr. Pertemuan dan Mari-mari.Sampai dengan album ini Tonny masih menyeret ciri bermanis2nya seperti yang terungkap dalam lagu2: Malam yang indah,Manis dan sayang serta Nama yang manis.Dan untuk kesekian kalinya KOES PLUS gagal membawakan lagu2 bersyair bahasa Inggris. Bukan saja lagunya tidak sedap didengar telinga tapi juga lidah jawa KOES PLUS tidak pernah klop dengan lagu2 berbahasa Inggris.” saya selamanya segan nyanyi lagu2 Barat, tapi saya seolah dibayangi terus oleh para penggemar kami yang menginginkan kami menyanyikan lagu tersebut” ucap Tonny 3 tahun yang lalu.
Tahun 1973 ditandai oleh adanya lingkungan hidup baru bagi grup paling beken di Indonesia itu, yang ternyata membawa kecemerlangan materi bagi individu2 KOES PLUS. Di Th 1973 itulah mereka pindah kandang dari fabrik PH Dimita ke perusahaan rekaman Remaco. Perpindahan ini membawa pengaruh besar bagi KOES PLUS: betapa tidak jika tadinya mereka terbiasa oleh sistem 2 track-nya Dimita kini mereka beralih menggunakan 4 track-nya Remaco dengan headphone yang lebih gede dan anyar.
Untuk pertama kalinya pada 23 Juli ’73 mereka mulai mencetak lagu2nya di Remaco yang hasilnya dikenal sebgai LP VIII.Antara lain berisi lagu2:Kolam Susu dan Nusantara II. Di Remaco inilah dimulai seri Nusantara-nya Koes Plus.Sedangkan lagu Kolam Susu cukup diberi anggukan kepala dari sekian banyak perbauran lagu2 KOES PLUS yang bergerak diantara jalur mutu dan komersil.
Bagi KOES PLUS hasil LP ini lebih dari cukup,yang membuat iri rekan2 seprofesi lainnya.Betapa tidak begitu selesai mereka merekam LP VIII-nya, mobil Merc 220 model terakhir (waktu itu ) telah nongkrong dalam garage markas KOES PLUS di Cipete, menggantikan kedudukan Fiat 1400-nya.
Melihat Kolam Susu-nya orang tadinya berharap KOES PLUS menjadi pelopor sebagai pembuat lagu2 yang berbobot dan komersil. Sebab dengan mendengarkan Kolam susu KOES PLUS itu, segolongan anak muda mulai menaruh kepercayaan akan omongan yang pernah dilontarkan Paul Simon bahwa: ” musik bukan hanya sekedar teriak2 kosong anti perang, tapi musik sama halnya dengan syair merupakan ekpresi pribadi, bukan produk dari suatu golongan manapun monopoli orang2 industri atau cukong rekaman ”. Namun harapan muluk yang digantungkan kepada Koes Plus itu lenyap disapu salju Christmas Song 1973 yang teramat jelek.
Sejak saat itulah roda mesin KOES PLUS diputar semakin cepat untuk memenuhi target fabrikan. Dalam hitungan waktu yang amat pendek berhamburanlah produk2 mereka: ada Pop jawa, Keroncong Pop,Pop anak2 dan Pop Melayu ( dimulai akhir Juli 1974 ) yang masing2 ber- volume2. Belum lagi volume berikutnya:9,10,11,12 dan yang terakhir vol.13 yang diseling lebih dulu oleh LP lagu2 berbahasa Inggrisnya ( Another song for you ) yang rusak.
Sebandingkah antara hasil yang diperoleh KOES PLUS dengan ”Pengorbanan” tenaga, pikiran dan perasaan yang dipertaruhkannya? Tanpa disadari mereka sebenarnya hanya menjadi sapi perahan para cukong rekaman.Dilihat sepintas lalu angka 5 juta yang disodorkan sebagai pelepas lelah pembikinan sebuah LP memang besar. Tapi coba jumlah ini dibandingkan dengan apa yang berhasil dikeduk si cukong itu. Jika sebuah LP diproduksi sebanyak 100 ribu kaset seharga @ Rp.500,- (harga eceran Rp.700,-) maka dalam hitungan kasar ia menghasilkan Rp. 50 juta. Perbedaanya terlalu menyolok. Ini namanya bukan symbiose tapi parasitis.
Kami kira 15 tahun suah cukup lama bagi KOES PLUS menyibukan diri mengeduk duit. Kini tiba saatnya mereka menyiapkan diri dalam membuat lagu2 yang lebih berbobot. Modal ada, kemampuan ada dan pengalaman pun sudah cukup matang.Apa lagi dan kapan lagi.
hits:
Andaikan Kau Datang
Diana
Bujangan
Sumber : http://tosuto.blogspot.co.id/2009/02/kisah-panjang-koesplus_18.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar