Jumat, 26 Februari 2016

Profil Band The Cure

The Cure dibentuk di Sussex sekitar tahun 1976 oleh Robert Smith (vokal/ gitar), Michael Dempsey (bas), dan Laurence ‘Lol’ Tolhurst (drum). The Cure yang awalnya bernama Easy Cure ini baru mengeluarkan album pada tahun 1979 dengan judul THREE IMAGINARY BOYS yang mendapat acungan jempol oleh banyak kritikus musik Inggris.

The Cure yang meramu Punk Rock, Gothic, dan New Wave pun mulai memasukkan bunyi keyboard pada album kedua mereka yang berjudul SEVENTEEN SECONDS. Posisi keyboardist diisi oleh Mathieu Hartley. Keputusan ini menambah kaya musik The Cure yang mulai banyak dipuji oleh kalangan pers musik Inggris.

Walaupun sudah mengeluarkan 7 album, namun popularitas The Cure di Amerika baru melonjak setalah album DISINTEGRATION yang dilepas tahun 1989. Album ini berhasil masuk 12 besar U.S Charts dan berhasil meraih platinum album.

Musik The Cure sendiri cenderung berwarna suram dengan lirik-lirik yang bernuansa keputus-asaan. Gaya vokal Robert Smith yang mirip tercekik dengan dandanan khasnya akhirnya menjadi trade mark The Cure sampai sekarang.



Godfather band Inggris The Cure ini cukup banyak mempengaruhi jagad permusikan rock. Nggak heran kalo hingga hari ini cukup banyak grup band yang menjadikan The Cure sebagai panutan (termasuk gue). Dengan tampang kaya drakula kena anemia ini ternyata makin tua malah tetep aja seger buger oom satu ini (kali karena konsumsinya darah perawan ya?) Meski pucet drakula gitu, Robert tergolong musisi bersih dari drugs (paling beer ama anggur doang). Gitaris yang lebih nonjolin nyanyi pake suara-suara datar dan irit chord (cenderung diulang-ulang) dan gitar dengan sound string ini termasuk panutan tradisi gaya ngegitar post-punk sedunia.

Jauh sebelum jadi bos di Cure, ni orang maen sama icon band goth-punk lain yaitu Siouxsie and the Banshees (selain di the Glove). Di Banshees, Robert main bareng Steve Severin, disini doi masih make gitar Ovation Breadwinner dan flanger tua merk MXR yang saking berisik dan jeleknya, doi pernah sumpah-sumpah nggak mo make alat itu lagi. Tapi akhirnya tetep aja doi minjem flanger punya si John McGeoch (gitaris pertama band ini yang juga pernah main di Magazine, Visage dan P.I.L. ? grup band anak-anak jebolan Sex Pistols). Beberapa tahun kemudian, dia nyoba buat eksplorasi semua distorsi quasi-metal ke gitar string nilon, setelah itu penyesuaian karakter vokalnya yang emang unik dan khas itu, jadinya malah klop abis dan nggak ada yang bisa nyamain.

Dengan senjata gitar tua merk National, Fender Jazzmaster warna putih dan Gibson Chet Atkins warna merah ini, si Robert bersama The Cure malang melintang dari panggung ke panggung lainnya. Gitar Gibson punya Robert ini termasuk gitar edisi terbatas yg diproduksi nggak lebih dari 5 biji, suaranya khas berat tapi hangat khas suara gitar akustik tapi tetep aja bukan suara gitar akustik (kalo nggak percaya sono tanyain ama anak2x Pure Saturday, gimana repotnya ngulik sound kaya gini).
Tapi, selain suara dan kord apa sih yang bikin Robert khas dibanding pemusik lain? Nggak lain dan nggak bukan, ya si Robert ini suka banget ngasih sentuhan jiwa ke lagu-lagunya sehingga audience yang nguping langsung in sama emosi musiknya. Contohnya aja dilagu The 13th, Club America dan Treasure, ni orang sampe begadang dua hari supaya bisa munculin suara bisikan cewek yang mati (hehe? gimana ya?).

Selain Gitar Gibson merah-nya si Robert milih ampli Ampeg combo, Marshall Bluesbreaker dan Vox AC30. Dan gila-nya buat bikin suara wah-wah (dia make wah-wah tua merk Crybaby) di lagu Club America, si Robert ngulik sampe 8 jam buat bikin suara wah-wah-nya jadi khas. Dari jam 10 malem sampe jam 6 pagi baru dah ketemu soundnya plus didukung oleh tiga botol anggur putih dari Australia. Soundnya emang khas tapi berhubung buat tuningnya kelamaan akhirnya doi make Peavey tiap kali manggung.



Separoh Abad Yang Terlewati
Robert Smith mulai mengibarkan cikal The Cure tahun 1976 saat ia tampil di St Wilfrids Comprehensive, di Crawley, Sussex, Inggris. Bersama teman sekolahnya, Michael Dempsey (bas), Lol Tolhurst (dram) Porl Thompson (gitar), Robert yang saat itu masih 17 tahun mengusung nama The Easy Cure. Robert sendiri jadi vokalis sekaligus gitaris di band tersebut.
Dari situ, keempat musisi muda ini lalu mulai nulis lagu sendiri dan merekamnya ke dalam bentuk demo. Dua karya mereka, Killing an Arab dan 10:15 Saturday Night yang diedarkan oleh sebuah perusahaan label kecil tapi ajaib, Small Wonder Records tahun 1978 cukup bikin gebrakan mereka dilirik oleh para penikmat musik. Di tahun yang sama, mereka menyederhanakan nama The Easy Cure menjadi The Cure. Di awal-awal itu si Robert masih ngandalin gitar tua National-nya.

Setahun setelah itu, single mereka, Boys Dont Cry mendapat sambutan yang positif. Menurut pengamat musik saat itu, musik yang diusung The Cure banyak mengadopsi beat British pertengahan 60-an yang diperkaya oleh warna vokal Robert yang unik. Sejak itu, karir The Cure mulai memperlihatkan titik terang. Apalagi setelah terjadi perubahan dan penambahan personel dengan masuknya Simon Gallup menggantikan Dempsey dan Mathieu Hartley (kibor).

Terbukti, musim semi 1980, The Cure berhasil masuk di jajaran Top 40 Inggris untuk pertama kalinya lewat single A Forest. Sementara album keduanya, 17 Seconds, mampu nangkring di Top 20, disini si Robert make ampli merk WEM Clubman, Gitar Jazzmaster putih-nya dan Roland Jazz Chorus 120 Amp. Kesuksesan yang sama juga dirasakan oleh para personel The Cure saat ngelepas album Pornography yang menempatkan mereka sebagai pendatang baru yang patut diperhitungkan di Inggris. Pas album ini si Robert make efek overdrive dan distorsi merk Storm dan Fender Bass VI setelah itu Fender Precision Bass enam senar.

Seperti mengikuti pepatah makin tinggi pohon makin kenceng angin bertiup, karir yang mulai membaik nggak sinkron ama kondisi di tubuh band tersebut. Buntutnya, Mathieu cabut beberapa bulan sebelum pemecatan Simon. Posisi keduanya lantas diisi oleh Phil Thornalley dan Steve Goulding. Pada saat itu, Robert sendiri sempat membantu grup Siouxsie and The Banshees, ngganti-in John McGeogh untuk sementara waktu. Tapi susunan personel itu nggak tahan lama.



The Cure yang akhirnya banyak mencatat single di tangga lagu Inggris macam The Love Cats, Why Cant I Be You?, Catch, Friday Im In Love dan Just Like Heaven sebelum merilis album Wish, sempat masukin Simon kembali di samping Perry Bamonte (kibor, gitar), Porl Thompson (gitar) dan Boris Williams (dram). Menjelang penggarapan album Wild Mood Swings, Mei 1996, The Cure diperkuat oleh Robert Smith, Perry Bamonte, Simon Gallup, Jason Cooper (dram) dan Roger ODonnell (kibor).

Desember 2002, usia perjalanan karir The Cure lewat dari 25 tahun. Selama kurun waktu tersebut, The Cure udah tinggal leyeh-leyeh menikmati kesuksesan yang melimpah dari penjualan album yang sudah lewat angka 27 juta keping di seluruh dunia. Makanya bagi Elektra Records, perusahaan rekaman tempat The Cure bernaung, prestasi itu patut dirayakan. Sebuah album Greatest Hits yang menyuguhkan 18 lagu terbaik mereka pun diluncurkan 13 November 2001.

Tapi benarkah album yang antara lain berisi lagu Boys Dont Cry, A Forest, The Lovecats, Close To Me, Just Like Heaven, Never Enough, Friday Im In Love dan Wrong Number ini merupakan kumpulan lagu terbaik The Cure? Bagi Robert Smith, album tersebut belom mencerminkan apa yang terbaik bagi The Cure.

Komposer, pencipta lagu, gitaris, kibordis sekaligus vokalis The Cure kelahiran 21 April 1959 ini menyebut dua lagu yaitu Lets Go To Bed dan The Walk sebagai karya yang sebenarnya nggak layak masuk di album tersebut. “Keduanya merupakan lagu yang paling jelek di album itu. Soalnya sound keduanya hanya mewakili zamannya. Saya pikir, semuanya harus bisa mewakili dalam kurun waktu 20 tahun terakhir,” tutur Robert kepada Launch.com.

Wajar aja jika Robert kurang puas dengan peluncuran album Greatest Hits ini. Sebab alasannya, pihak perusahaan rekaman lebih mikirin sisi bisnis aja dibanding unsur seninya. Lagian album tersebut diproduksi bukan atas permintaan The Cure. Jadi bagi Robert, seharusnya, Greatest Hits ini nggak dikeluarkan tahun 2001 lalu. Album kaya gini seharusnya diproduksi saat The Cure udah bubar. “Sekarang, kami kan sama sekali belon pensiun,” ujarnya menegaskan.

Meski gitu, demi penggemarnya, Robert nggak anti-anti amat ama proyek perilisan Greatest Hits ini. Karna gimana-gimana juga ia harus tetap ngejaga reputasi The Cure. Buktinya, di album tersebut, ia rela repot nggarap dua lagu baru dan satu lagu akustik (khusus untuk CD) untuk memperkaya materi yang udah ada. “Saya nggak akan membiarkan album tersebut dirilis begitu saja tanpa arti. Dengan masukin beberapa lagu baru, saya juga ingin album ini menjadi sesuatu yang bisa saya banggakan,” kata Robert meyakinkan.

Kini setelah melewati perjalanan karir selama lebih dari 26 tahun, Robert ngerasa sangat bersyukur masih bisa mempertahankan The Cure hingga saat ini. Kendati ia merasa semakin tua, tapi Robert justru merasakan makin menikmati profesinya ini. “Saya pernah nyoba ngerjain hal lain, tapi saya nggak pernah bisa puas,” ucapnya optimistis.

Lagu-lagu hits dari the cure
Friday im in love
Boys Dont Cry
Pictures of you

https://get4it.wordpress.com/2009/04/09/biografi-the-cure/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar